Definisi Dan Pengertian Mashdar
Mashdar Adalah Isim Manshub Yang Datang Menempati Tempat Ketiga Dalam Urutan Tashrif Fi’il. Contohnya :
ضَرَبَ-- يَضْرِبُ--ضَرْبًا.
Pembagian Mashdar
Mashdar Terbagi Menjadi Dua Bagian :
- 1. Lafdzhy
- 2. Ma’nawy
Apabila Lafaz Mashdarnya
Sama Dengan Lafadzh Fi’ilnya, Maka Ia Termasuk Mashdar Sebangsa Lafdzhy.
Seperti Contoh :
قَتَلْتُهُ قَتْلًا.
قَتَلْتُهُ قَتْلًا.
KETERANGAN :
Coba Perhatikanlah Lapadz قَتْلًا. Itu Adalah Contoh Mashdar Lafdzhy Yang Lafadznya Sama Dengan Fiil-Nya. Jika Kamu Menemukan Sepeti Contoh Diatas Maka Yang Demikian Adalah Masdar Lafdzhy
Dan Apabila Mashdarnya Sama Dengan Makna Fi’ilnya Bukan Dengan Lafaz-Nya, Maka Ia Adalah Mashdarsebangsa Ma’nawy. Seperti Contoh:
- جَلَسْتُ قُعُودًا(Aku Duduk
Dengan Sebenar-Benarnya Duduk)
- وقمت وُقُوفًا'(Aku Berdiri
Dengan Sebenar-Benarnya Berdiri)
KETERANGAN :
Dan Perhatikanlah Contoh Diatas جَلَسْتُ قُعُودًا Lafadz جَلَسْتُ Adalah Fiil Sedangkan Lafadzقُعُودًا Adalah Maf'ul Yang Berbentuk Mashdar, Kedua Makna Tersebut Memiliki Kesamaaan Yang Artinya "Duduk". Akan Tetapi Berbeda Pada Bentuk Lafadznya Maka Yang Demikian Itu Disebut Dengan Masdar Maknawy
Isim – Isim Yang Dinashobkan Ada 15, Yaitu: Maf'ul Bih (Obyek), Mashdar, Dzorof Zaman (Keterangan Waktu), Dzorof Makan (Keterangan Tempat), Haal (Keterangan Keadaan), Tamyiz, Mustatsnaa (Pengejualian), Isim Dari لَا, Munadaa (Kata Seru), Maf'ul Min Ajlihi/Maf'ul Li Ajlihi, Maf'ul Ma'ahu, Khobar Bagi كَانَ وَأَخَوَاتِهَا, Isim إِنَّ وَأَخَوَاتِهَا, Dan Tabi' (Yang Mengikuti) I'rabnya Pada Kata Yang Dinashobkan, Yang Terdiri Dari 4 Jenis Yaitu: Na'at (Kata Sifat), 'Athof (Kata Sambung), Taukid (Penekanan/Penegasan) Dan Badal (Kata Pengganti).[4]
B. Contoh-Contoh Isim-Isim
Yang Dinashobakan
1. Maf'ul Bih
& Maf'ul Muthlaq: ضَرَبْتُ زَيْداً (Aku Memukul Zaid), ضَرَبْتُ Merupakan
Fi'il-Fa'il (Fa'il Berupa Dlomir Mutakallim), زَيْداً Adalah Maf'ul Bih Yang Manshoh Dengan
Tanda Nashob Fathah Karena Berupa Isim Mufrod.
1. Mashdar
(Pembendaan Kata Kerja/Fi'il): ضَرَبْتُ ضَرْباً (Aku Memukul “Sebuah Pukulan”)
2. Dzorof
Zaman: صُمْتُ اليَوْمَ (Aku Berpuasa Pada Suatu Hari)
3. Dzorof
Makan: جَلَسْتُ أَماَمَ الكَعْبَةِ (Aku Duduk Di Depan Ka'bah)
4. Haal:جَاۤءَ زَيْدٌ رَاكِباً (Telah Datang Zaid Dengan Menunggang (Suatu
Tunggangan)/Bisa Juga Diartikan: Dengan Berkendara).
5. Tamyiz: وَفَجَّرْنَا الأَرْضَ عُيُوْناً (Dan Kami Jadikan Bumi Memancarkan Mata Air – Mata Air:
Al-Qamar:12)
6. Mustatsna: قَامَ القَوْمُ إِلّاَ زَيْداً (Telah Datang Sebuah Kaum Kecuali Zaid)
7. Isim
Dari لَا Misalnya لاَغُلاَمَ رَجُلٍ
حاَضِرٌ (Tidaklah
Anak Lelaki Seorang Lelaki Hadir {Anak Lelaki Seseorang Tidak Hadir})
8. Munadaa: ياَغُلاَمَ زَيْدٍ (Wahai
Anak Lelaki Zaid)
9. Khobar كَانَ وَأَخَوَاتِهَا Misalnya كاَنَ زَيْدٌ
قاَۤئِماً (Zaid
Sedang Berdiri)
10. Isim إِنَّ وَأَخَوَاتِهَا Contoh إِنَّ زَيْداً قاَئِمٌ (Bahwasanya Zaid Berdiri)
11. Maf'ul Min Ajlihi (Maf'ul
Liajlihi): قَامَ زَيْدٌ إِجْلاَ لاً لِعَمْروٍ (Zaid Telah Datang Untuk Menghormati
'Amr)
12. Maf'ul Ma'ahu : سِرْتُ وَالنِّيْلَ (Aku
Berjalan Sepanjang/Bersamaan Dengan Aliran Sungai Nil), Contoh Lainnya: سَافَرَ زَيْدٌ وَالصُّبْحَ (Zaid Pergi/Safar Bersamaan Dengan Waktu Shubuh)
13. Kata – Kata Yang I'robnya
Tabi' Pada Kata Yang Yang Di Nashob (Na'at, 'Athof, Taukid, Badal):
1. Na'at : رَأَيْتُ زَيْداً العَاقِلَ (Aku Melihat Zaid Yang Berakal)
2. 'Athof
: رَأَيْتُ زَيْداً وَ عَمْراً (Aku Melihat Zaid Dan 'Amr)
3. Taukid
: رَأَيْتُ زَيْداً نَفْسَهُ (Aku Melihat Zaid, Dirinya Sendiri)
4. Badal : رَأَيْتُ زَيْداً أَخاَكَ (Aku Melihat Zaid Saudaramu)
Dhorof
Makan Dan Dhorof Zaman
Sebelum Saya Sampaikan
Tentang Pengertian Majrur Sebagaimana Telah Saya Janjikan Sebelumnya,
Saya Akan Menyampaikan Terlebih Dahulu Tentang Dhorof (ظَرْفُ). Dhorof (Dhorfun)
Jika Saya Jelaskan Dengan Bahasa Saya Adalah Kata Dalam Bahasa Arab Yang
Menyatakan Posisi Tempat Dan Waktu.
Dhorof Dibagi Menjadi Dua Macam:
A. Dhorfu Makan (الظَرْفُ الْمَكَانُ)
Yaitu Dhorof Yang Membahas Tentang Posisi-Posisi Tempat Dalam Bahasa Arab. Beberapa Dhorof Makan Dapat Anda Lihat Di Tabel Berikut:
Dhorof Dibagi Menjadi Dua Macam:
A. Dhorfu Makan (الظَرْفُ الْمَكَانُ)
Yaitu Dhorof Yang Membahas Tentang Posisi-Posisi Tempat Dalam Bahasa Arab. Beberapa Dhorof Makan Dapat Anda Lihat Di Tabel Berikut:
No
|
Dhorof Makan
|
Cara Membaca
|
Arti
|
1
|
أَمَامَ
|
Amaama
|
Di
Depan
|
2
|
وَرَاءَ
|
Waroo
A
|
Di
Belakang
|
3
|
جَانِبَ
|
Janiba
|
Di
Samping
|
4
|
عَلَي
|
‘Ala
|
Di
Atas (Nempel)
|
5
|
فَوْقَ
|
Fauqo
|
Di
Atas (Tidak Nempel)
|
6
|
تَحْتَ
|
Takhta
|
Di
Bawah
|
7
|
بَيْنَ
|
Baina
|
Di
Antara
|
B. Dhorfu Zaman (الظَّرْفُ الزَّمَانُ)
Yaitu Dhorof Yang Membahas Tentang Posisi-Posisi Waktu Dalam Bahasa Arab. Beberapa Dhorof Makan Dapat Anda Lihat Di Tabel Berikut:
No
|
Dhorfu Zaman
|
Cara Membaca
|
Arti
|
1
|
قَبْلَ
|
Qobla
|
Sebelum
|
2
|
بَعْدَ
|
Ba’da
|
Sesudah
|
1. Dhorof Makan :
Yaitu Kata Yang Artinya Mengandung Pengertian Tempat Tak Terbatas, Yang Di I`Rob Nashob. Dimaksudkan Sebagai Kata Keterangan Tempat.
Contoh : ظ
- يَـقُـوْمُ خَـالِدٌ اَمَـامَ ا لْفَـصْلِ
Kholid Sedang Berdiri Didepan Kelas
ظ
- ا لـقَـلَمُ تَحْتَ كِـتَا بـِكَ
Pena Itu (Berada) Dibawah Bukumu
ظ
- بَيْتُ خَـالِدٍ بَيْنَ ا لْمَسْجِدِ و ا لْمَدْرَسَـةِ
Rumah Kholid Berada Diantara Masjid Dan Sekolah
Yaitu Kata Yang Artinya Mengandung Pengertian Tempat Tak Terbatas, Yang Di I`Rob Nashob. Dimaksudkan Sebagai Kata Keterangan Tempat.
Contoh : ظ
- يَـقُـوْمُ خَـالِدٌ اَمَـامَ ا لْفَـصْلِ
Kholid Sedang Berdiri Didepan Kelas
ظ
- ا لـقَـلَمُ تَحْتَ كِـتَا بـِكَ
Pena Itu (Berada) Dibawah Bukumu
ظ
- بَيْتُ خَـالِدٍ بَيْنَ ا لْمَسْجِدِ و ا لْمَدْرَسَـةِ
Rumah Kholid Berada Diantara Masjid Dan Sekolah
HUKUM DHOROF ZAMAN ( KETERANGAN WAKTU ).
Semua isim yang menunjukkan arti waktu, maka boleh dibaca nashob menjadi maf’ul fiih (dhorof) secara mutlak. Baik yang Mukhtash, Ma’dud, atau Mubham.
• Mukhtash : semua lafadz yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya
Contoh :
Dalam susunan kalimat :
• Ma’dud : semua lafadz yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya
Contoh :
Dalam susunan kalimat
• Mubham : semua lafadz yang tidak dapat digunakan sebagai jawaban dari pertanyaan.
Contoh :
HUKUM DHOROF MAKAN ( KETERANGAN WAKTU ).
Isim-ism yang menunjukkan arti tempat, tidak semuanya bisa dinashobkan dan menjadi dhorof.
Ada 3 jenis isim makan yang bias menjadi dhorof, yakni :
1) Mubham, sebagaimana nama-nama enam arah :
2) Menunjukkan ukuran jarak, seperti :
3) Isim makan yang dikeluarkan dari masdar amilnya, seperti :
Selain isim makan yang 3 diatas, tidak boleh dibaca nashob menjadi dhorof ( maf’ul fih ). Oleh karena itu, tidak diperbolehkan membuat kalimat sebagai berikut :
Isim yang menunjukkan arti tempat tetapi tidak memenuhi syarat dijadikan dhorof harus dijarkan menggunakan huruf jar “ “, sehingga susunan diatas menjadi :
Adapun ucapan yang biasa diungkapkan oleh orang Arab, seperti :
Kata yang dibaca nashob tersebut bukan karena dhorof, tetapi nashob sebab “ naz’ul khafidh ” ( membuang huruf jar ).
Adapun Isim-isim yang dinashabkan ada lima belas:
1.
Maf’ul bih (objek dari Fiil)
2. Mashdar(Dasar Isi yang diambidari susunan tashrif yang ke tiga)
3. Dzharaf zaman(Kata yang menujukan waktu)
4. Dzharaf makan (kata yang menunjukan tempat)
5. Hal (Kata yang menunjukan keadaan)
6. Tamyiz
7. Mustatsna (pengkecualian)
8. Isim Laa (kata bermakna tidak)
9. Munada (seruan)
10. Maf’ul min ajlih (mengandung makna sebab/karena)
11. Maf’ul ma’ah (mengandung makna bersama/beserta)
12. Khabar kaana (Khabar dari Isim kaana)
13. Isim inna (isim dari Inna)
14. khabar saudara kaana dan isim saudara inna
15. Isim yang mengikut nashab
2. Mashdar(Dasar Isi yang diambidari susunan tashrif yang ke tiga)
3. Dzharaf zaman(Kata yang menujukan waktu)
4. Dzharaf makan (kata yang menunjukan tempat)
5. Hal (Kata yang menunjukan keadaan)
6. Tamyiz
7. Mustatsna (pengkecualian)
8. Isim Laa (kata bermakna tidak)
9. Munada (seruan)
10. Maf’ul min ajlih (mengandung makna sebab/karena)
11. Maf’ul ma’ah (mengandung makna bersama/beserta)
12. Khabar kaana (Khabar dari Isim kaana)
13. Isim inna (isim dari Inna)
14. khabar saudara kaana dan isim saudara inna
15. Isim yang mengikut nashab
Mengikuti
yang dinashabkan, yaitu ada empat bagian :
·
Na’at,
·
‘Nthaf,
·
Naukid,
·
Dan
badal
PENGRTIAN
TAMYIZ
Pengertian Tamyiz adalah: Isim Nakiroh yg menunjukkan
makna Min, sebagai penjelasan lafazh samar sebelumnya. contoh:
اشتريت رطلاً عسلاً
ISYTAROITU RITHLAN ‘ASALAN* = aku
membeli satu Ritl madu.
* lafazh “‘ASALAN” adalah Tamyiz,
karena berupa Isim dengan dalil tanwin, dan Nakiroh yg mengandung makna MIN lil
bayan, yakni takdirannya “MINAL-’ASALI” berfungsi untuk menjelaskan kalimah
sebelumnya yg samar. karena perkataan ISYTAROITU RITHLAN masih mengundang
kesamaran, pendengar tidak akan faham apa yg dikehendaki dengan RITHLAN, apakah
madu ataukah kurma atau beras?. oleh karena itu perkataan Rithl sepantasnya
diberi penjelasan atau Tamyiz oleh lafazh-lafazh lain yg dimaksud, sebagaimana
contoh ‘ASALAN maka hilanglah kesamaran dan dapat difahami serta jelas apa yg
dimaksud.
Keluar
dari defini Tamyiz Nakirah, yaitu berlafazh Ma’rifah. contoh :
هذا الرجل طاهرٌ قلبَه
HAADZA AR-ROJULU THOOHIRUN QOLBA HU*
*Menashobkan lafazh QOLBA HU,
sekalipun sebagai penjelasan bagi lafazh samar sebelumnya, tapi ini tidak
dinamakan Tamyiz karena berupa Isim Ma’rifah, dinashobkan oleh sifat
Musyabbahah sebagai Maf’ul Bih (Insya Allah akan dijelaskan nanti secara khusus
pada Bab Sifat Musyabbahah).
Keluar
dari definisi Tamyis yg punya makna MIN, yaitu HAAL yg punya makna FI.
Keluar
dari defini Tamyiz menjelaskan lafazh samar sebelumnya, yaitu Isimnya LAA Nafi
Jinsi. contoh:
لا رجل في المسجد
LAA ROJULA FIL-MASJIDI*
*lafazh ROJULA sekalipun mengandung
makna MIN yakni MIN ROJULIN, tapi fungsinya bukan untuk menjelaskan, namun
sebagai Min Lil Istighroq.
Tamyiz ada dua:
1. Tamyiz Mufrod atau disebut Tamyiz Dzat
2. Tamyiz Jumlah atau disebut Tamyiz Nisbat
1.
TAMYIZ MUFROD ATAU TAMYIZ DZAT:
Digunakan
sebagai Tamyiz bagi lafazh-lafazh yg menunjukkan :
1. Adad/bilangan.
2. Ukuran Jarak
3. Ukuran Takaran
4. Ukuran Berat
2. Ukuran Jarak
3. Ukuran Takaran
4. Ukuran Berat
Contoh
Tamyiz Dzat atau Tamyiz Mufrad untuk lafazh Adad/bilangan:
اشتريت ستة عشر كتاباً
ISYTAROITU SITTATA ‘ASYARO KITAABAN = aku membeli enam belas kitab
Contoh
Tamyiz Dzat atau Tamyiz Mufrad untuk lafazh ukuran jarak:
اشتريت ذراعاً صوفاً
ISYTAROITU DZIROO’AN SHUUFAN = Aku membeli satu Dzira’ (satu hasta) kain wool.
Contoh
Tamyis Dzat atau Tamyis Mufrad untuk lafazh ukuran takaran:
اشتريت إردباً قمحاً
ISYTAROITU IRDABBAN QOMHAN = Aku
membeli satu Irdabb (24 Gantang)Gandum.
Contoh
Tamyis Dzat atau Tamyis Mufrad untuk lafazh ukuran berat/timbangan:
اشتريت رطلاً سمناً
ISYTAROITU RITHLAN SAMNAN = aku membeli satu Rithl minyak Samin.
Atau
diberlakukan juga untuk lafazh-lafazh yang serupa dengan ukuran-ukuran, contoh:
صببت على النجاسة ذنوباً ماءً
SHOBIBTU ‘ALAA ANNAJAASATI DZANUUBAN MAA’AN = Aku menuangkan pada Najis satu timba air.
اشتريت نحياً سمناً
ISYTAROITU NIHYAN SAMNAN = Aku membeli satu Nihy minyak samin (Nihy : wadah kantong dari kulit
khusus tempat samin).
Contoh
dalam Al-Qur’an:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ
يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ
الْأَرْضِذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ
INNALLADZIINA KAFARUU WAMAATUU WAHUM
KUFFAARUN FALAY-YAQBALU MIN AHADIHIM MIL’UL-ARDHI DZAHABAN WALAWIFTADAA BIH.*
Sesungguhnya orang-orang yang kafir
dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima
dari seseorang diantara mereka emassepenuh bumi, walaupun dia menebus diri
dengan emas (yang sebanyak) itu.. (QS. Ali Imron : 91).
*Lafazh
“DZAHABAN” = emas, dinashobkan sebagai Tamyiz dari lafazh serupa ukuran-ukuran
yaitu lafazh “MIL’UL-ARDHI” = sepenuh bumi.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
FAMAY-YA’MAL MITSQOOLA DHARROTIN KHOIROY-YAROH. WAMAY-YA’MALMITSQOOLA
DZARROTIN-SYARROY-YAROH*.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al-Zalzalah :7-8)
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al-Zalzalah :7-8)
*Lafazh
“KHIRON dan SYARRON” dinashobkan sebagai Tamyiz dari lafzh serupa ukuran
timbangan, yaitu lafazh “MITSQOOLA DZARROTIN”.
*****
*****
2.
TAMYIZ JUMLAH ATAU TAMYIZ NISBAT:
Yaitu
Tamyiz untuk menghilangkan kesamaran makna umum dari penisbatan dua lafazh di
dalam tarkib jumlah.
Tamyiz
Nisbat/Jumlah dalam pertimbangan asalnya terbagi dua macam:
1.
Tamyiz Nisbat peralihan dari Faa’il, contoh:
حَسُنَ الشاب خلقاً
HASUNA ASY-SYAABBU KHULUQON* = pemuda itu baik akhlaqnya
*Lafazh “KHULUQON” dinamakan Tamyiz
Nisbat, karena menghilangkan kesamaran penisbatan “HASUNA” kepada lafazh
“ASY-SYAABBU”, sebagai Tamyiz nisbat peralihan dari Fa’il, karena asalnya :
حَسُنَ خُلُقُ الشاب
HASUNA KHULUQU ASY-SYAABBI = Akhlaq pemuda itu baik.
Contoh
dalam Al-Qur’an:
واشتعل الرأس شيباً
WASYTA’ALAR-RO’SU SYAIBAN* = dan kepalaku telah
ditumbuhi uban (QS. Maryam :4)
*Lafazh “SYAIBAN” sebagai Tamyiz
Nisbat peralihan dari Fa’il lafazh “RO’SU” karena takdirnya: WASYTA’ALA
SYAIBURRO’SI.
2.
Tamyiz Nisbat peralihan dari Maf’ul, contoh:
وَفَّيْتُ العمال أجوراً
WAFFAITUL-’UMMAALA UJUURON* = aku membayar para pekerja
itu ongkos
*Lafazh “UJUURON” sebagai Tamyiz
Nisbat menghilangkan kesamaran penisbatan “WAFFAITU” kepada “UMMAALA” disebut
Tamyiz Nisbat Manqul dari Maf’ul, karena asalnya adalah: “WAFFAITU
UJUUROL-UMMAALI” = aku membayar ongkos para pekerja.
Contoh
dalam Al-Quran:
وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا
WA FAJJARNAA AL-ARDHO ‘UYUUNAN* = Dan
Kami jadikan bumi memancarkanmata air-mata air (QS. Al-Qomar 12)
*Lafazh “UYUUNAN” adalah Tamyiz
Nisbat yg dimanqul/dialihkan dari Maf’ul Bih, karena taqdirannya adalah:
“WAFAJJARNAA ‘UYUUNAL-ARDHI.
Hukum
I’rob TAMYIZ umumnya adalah Nashob. adapun Amil yg menashobkan bagi Tamyiz Dzat
adalah Isim Mubham/isim yg samar. sedangkan Amil yg menashobkan Tamyiz Nisbat
adalah Musnadnya yg berupa kalimah Fi’il atau yg serupa pengamalan Fi’il.
PENGERTIAN HAL
الحال
AL-HAL
الْحَالُ وَصْفٌ فَضْلَةٌ مُنْتَصِبُ ¤ مُفْهِمُ
فِي حَالِ كَفَرْداً أَذْهَبُ
HAL adalah Sifat, sambilan, manshub, dan menjelaskan
tentang keadaan seperti sendirian aku pergi = “FARDAN ADZHABU”
–·•Ο•·–
|
Hal terbagi dua :
1. Hal Muakkidah, sebagai pengokohan, yakni tidak ada
makna lain selain sebagai taukid (dijelaskan pada akhir Bab Haal).
2. Hal Mubayyinah, sebagai penjelasan, yakni Sifat
Fadhlah/Sambilan yg dinashobkan untuk menerangkan HAI’AH/tingkah/gaya
shohibul-haal ketika terjadinya perkerjaan utama.
Penjelasan definisi dan pengertian Hal
pada poin 2:
SIFAT : Suatu yg menunjukkan makna dan dzat.
contoh ROOKIBUN = berkendara, FARIHUN = bergembira, MASRUURUN = bergembira.
dll. Sifat adalah jenis dapat mencakup Hal, Khobar juga Na’at.
FADHLAH : tambahan/sambilan, adalah hal yg
bukan pokok didalam penerapan Isnad, yakni asal penyebutan FADHLAH itu adalah suatu
yg tidak musti dalam kebiasaan.
MENERANGKAN HAI’AH/TINGKAH
SHAHIBUL-HAL:
Maksud Shahibul Hal adalah suatu yang diterangkan tingkahnya oleh Haal. yakni
penerangan sifatnya diwaktu pekerjaan terjadi. Shohibul hal bisa berupa Fa’il,
Naibul Fail, Maf’ul Bih, dll.
Standar untuk mengetahui sifat sebagai penunjukan HAI’AH adalah dengan cara meletakkan pertanyaan KAIFA/bagaimana? maka jawabannya tentu lafazh hal.
Standar untuk mengetahui sifat sebagai penunjukan HAI’AH adalah dengan cara meletakkan pertanyaan KAIFA/bagaimana? maka jawabannya tentu lafazh hal.
contoh
:
جاء الضيف ماشياً
JAA’A ADH-DHOIFU MAASYIYAN* = tamu itu telah datang dengan berjalan kaki
* Lafazh MAASYIYAN adalah sebagai
HAAL/keadaan yakni menerangkan HAI’AH/tingkah Isim sebelumnya yg berupa Fa’il
lafazh ADH-DHOIFU. Maka lafazh MAASYIYAN ini patut sebagai jawaban dari
pertanyaan KAIFA contoh KAIFA JAA’A ADH-DHOIFU?/bagaimana tamu itu datang? maka
dijawab: MAASYIYAN/jalan kaki.
contoh
Firman Allah:
وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ
WAD’UUHU MUKHLISHIINA* = sembahlah Allah dengan mengikhlaskan (QS. Al-A’rof :29)
*lafz “MUKHLISHIINA” adalah HAL dari
lafazh Fa’il yg berupa dhamir Wawu jamak.
contoh
Firman Allah:
فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
FA BA’ATSA ALLAHU ANNABIYYIINA MUBASY-SYIRIINA WA MUNDZIRIINA*= maka
Allah mengutus para nabi sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan. (QS. Al-Baqoroh : 213)
*lafazh “MUBASY-SYIRIINA WA
MUNDZIRIINA” adalah sebagai HAAL dari lafazh Maf’ul Bih “ANNABIYYIINA”
contoh
Firman Allah:
فَكُلُوا مِمَّا غَنِمْتُمْ حَلَالًا طَيِّبًا
FA KULUU MIMMAA GHONIMTUM HALAALAN THOYYIBAA* = Maka
makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik (QS. Al-Anfal : 69)
*dua lafazh “HALAALAN THOYYIBAA”
sebagai HAL dari isim maushul yaitu MAA.
Keluar
dari sebutan sifat, yaitu seperti contoh:
رجعتُ القهقرى
ROJA’TUL-QOHQOROO* = aku kembali secara mundur
* lafaz QOHQOROO tidak disebut HAAL
sekalipun sebagai penjelasan tentang tingkah daripada Fa’il, karena bukan
berupa sifat, tapi berupa sebutan untuk keadaan kembali ke belakang.
Keluar
dari sebutan FADHLAH/sambilan, yaitu Sifat yg dijadikan UMDAH (penopang) yakni
sebagai pokok atau primer, semisal menjadi Mubtada contoh:
أقائم الزيدان
A QOO’IMUN AZZADIAANI = apakah yg beridiri itu
dua Zaid?
atau menjadi Khobar contoh:
atau menjadi Khobar contoh:
زيد قائم
ZAIDUN QOO’IMUN = Zaid berdiri
Keluar
dari penunjukan HAI’AH/tingkah, yaitu Tamyiz Musytaq. contoh:
لله دَرُّهُ فارساً
LILLAAHI DARRUHU! FAARISAN* = hebat! penunggangnya.
* Lafazh LILLAAHI DURRUHU! adalah
ungkapan ta’jub atau pujian karena kagum. Lafazh FAARISAN dipilih sebagai
TAMYIZ bukan HAL karena tidak dimaksudkan sebagai penunjukan HAI’AH tapi
sebagai penunjukan pujian daripada kepandaiannya menunggang kuda. Namun demikian
bisa saja terjadi sebagai penerangan HAI’AH tergantung dari maksudnya. Seperti
itu juga NA’AT MANSHUB contoh:
رأيت رجلاً واقفاً
RO’AITU ROJULAN WAAQIFAN* = aku lihat lelaki yg menetap.
*Lafaz WAAQIFAN dipilih sebagai
NA’AT bukan HAAL, karena memang tidak disusun menjadi HAL tetapi disusun
untuk menghususi pada MAN’UT. Namun demikian bisa saja disusun sebagai
penerangan HAI’AH, ini tergantung pada Konteks Kalimatnya.
copernya bagus saking bagusnya sampai tidak terbaca semua materinya
BalasHapusbagoooos nya buat ga dibaca
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusngapunten, tulisan nya tidak kelihatan..
BalasHapusterimakasih
Terlalu gelap mas backgroundnya... Jadi gk kelihatan
BalasHapusMakasih banyak, bro. بارك الله فيك
BalasHapus