DAMAPAK PENGARUH GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
A.
Pengaruh positif globalisasi
terhadap nilai- nilai nasionalisme 1. Dilihat dari globalisasi politik,
pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan
adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur,
bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat.
Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi
meningkat. 2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional,
meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal
tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan
nasional bangsa. 3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola
berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari
bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada
akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap
bangsa. Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme 1. Globalisasi
mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan
dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi
Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa
nasionalisme bangsa akan hilang 2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya
rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri
(seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia. 3.
Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai
bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh
masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. 4. Mengakibatkan adanya kesenjangan
sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas
dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara
yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. 5.
Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku
sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan
kehidupan bangsa. Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung
berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat
menimbulkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala
masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi
aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika terjadi
maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia.
Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis
sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan
dan kesatuan bangsa. Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di
Kalangan Generasi Muda Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam
masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda
juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda
kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda
sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti
selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang
minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya
tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai
dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka
warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara
menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa
dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas
dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah
menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu
kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat
kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak
semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja,
ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat
menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan
handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan
santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena
globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka
hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan
kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan
A.
Implikasi positif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia.antara lain:
1. Dilihat dari aspek globalisasi
politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka
dan demokratis, karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara.
Jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan
mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati
diri
terhadap negara menjadi meningkat dan kepercayaan masyarakat akan mendukung
yang dilakukan oleh pemerintahan.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi,
terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja yang banyak dan meningkatkan devisa suatu negara.
Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa
yang dapat menunjang kehidupan nasional dan akan mengurangi kehidupan miskin.
3.Dari aspek globalisasi sosial
budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik
seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang
sudah
maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan
bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga
dapat bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia.
4. Aspek politik, Globalisasi mampu
meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa
liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup
kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme.
Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri bangsa akan luntur dan tidak
mungkin
lagi bangsa kita akan terpecah belah.
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BIDANG
POLITIK,EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA
Kondisi masyarakat indonesia pada era
globalisasi
Menurut saya
masyarakat Indonesia saat ini sangat buruk pada masa sekarang terutama di Era
globalisasi kini telah merambah masuk di semua sektor kehiupan bangsa
indonesia, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap budaya berfikir masyarakat
indonesia. Saat ini pola berfikir masyarakat indonesia yang cenderung (tidak
seluruhnya) tlah banyak mengarah pada budaya-budaya barat yang notabane
cenderung mencontoh pada perilaku yang negatif. Budaya
tersebut tercermin dengan menjadikan budaya barat sebagai sebuah patron dari
kemajuan peradaban berfikir manusia. Banyak saat ini generani muda yang meniru
pola kehidupan barat, dengan berbagai gaya dan perilakunya yang negatif dalam
kehiodupan sehari, atau saat ini dikenal dengan sebutan “anak gaul” dimanakan
idedalisme kita saat globalisasi merambah masuk dalam sistem kehidupan kita,
apakah ini bentuik dari memudarnya pola berfikir generasi muda sebagai penerus
bangsa.
Era globalisasi memang tidak bisa di justification selalu
membawa dampak yang negatif bagi kita, namun dalam hal ini menurut saya
eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banayk
contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dilalangan
remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan
poirnografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh
anak dibawah umur dengan bebas dan mudah, tingkat peggunaan obat-obat terlarang
yang sanagt memperhatikan. Kita sebagai negara dunia ketiga dijadika objek pasar
dari penjualan obet terlarang internasional.
Oleh karena itulah kitaa perlu membangun kemvbali pondasi pla
berfikir kitya, sebagai pengemban tugas berat penerus cita-cita bangsa yang
beradab sesuai dengan perilaku kita sebagai orang timur. Langkah awal yang
harus dilakukan menurut saya adalah coba kita gali terlebih dahulu
npotensi-potensi yang terdapat pada banga kita, masih banyak potensi yang belum
kita gali, yang sebenarnya hal tersebut sanagt berpengaruh bagi kita untuk
tetap menjaga dan melestarikan eksistensi kultur sosial budaya bangsa
indonesia, jangan jadikan budaya barat(dalam hal ini masuk melalui era
globalisasi) sebagai patron pola berfikir, karena dari pola berfikir inilah
nantinya perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari secara akan tidak akan
terpengaruh dengan pola kehidupan buddaya barat yang bebas. Tunjukkaan bahwa
kita sebagi bangsa yang besarf dengan keaneka ragaman kultur sosial budaya
mampu bersaing.
Era globalisasi kini telah merambah masuk di semua sektor
kehiupan bangsa indonesia, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap budaya
berfikir masyarakat indonesia. Saat ini pola berfikir masyarakat indonesia yang
cenderung (tidak seluruhnya) tlah banyak mengarah pada budaya-budaya barat yang
notabane cenderung mencontoh pada perilaku yang negatif. Budaya tersebut
tercermin dengan menjadikan budaya barat sebagai sebuah patron dari kemajuan
peradaban berfikir manusia. Banyak saat ini generani muda yang meniru pola
kehidupan barat, dengan berbagai gaya dan perilakunya yang negatif dalam
kehiodupan sehari, atau saat ini dikenal dengan sebutan “anak gaul” dimanakan
idedalisme kita saat globalisasi merambah masuk dalam sistem kehidupan kita,
apakah ini bentuik dari memudarnya pola berfikir generasi muda sebagai penerus
bangsa.
Era globalisasi
memang tidak bisa di justification selalu membawa dampak yang negatif bagi
kita, namun dalam hal ini menurut saya eksistensi dari globalisasi tersebut
lebih dominan kearah negatif, banayk contoh kasus yang dapat kita temukan,
yaitu : maraknya seks bebas dilalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan
hal yang tabu lagi, perkembangan poirnografi yang dengan kemajuan teknologi
yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah, tingkat
peggunaan obat-obat terlarang yang sanagt memperhatikan. Kita sebagai negara
dunia ketiga dijadika objek pasar
Oleh karena
itulah kitaa perlu membangun kemvbali pondasi pla berfikir kitya, sebagai pengemban
tugas berat penerus cita-cita bangsa yang beradab sesuai dengan perilaku kita
sebagai orang timur. Langkah awal yang harus dilakukan menurut saya adalah coba
kita gali terlebih dahulu npotensi-potensi yang terdapat pada banga kita, masih
banyak potensi yang belum kita gali, yang sebenarnya hal tersebut sanagt
berpengaruh bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan eksistensi kultur
sosial budaya bangsa indonesia, jangan jadikan budaya barat(dalam hal ini masuk
melalui era globalisasi) sebagai patron pola berfikir, karena dari pola
berfikir inilah nantinya perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari secara akan
tidak akan terpengaruh dengan pola kehidupan buddaya barat yang bebas.
Tunjukkaan bahwa kita sebagi bangsa yang besarf dengan keanekaragaman kultur
sosial budaya mampu bersaing dengan mereka, dengan menerapkan pola fikir
kritis.
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BIDANG
POLITIK , EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BIDANG POLITIK , EKONOMI
SOSIAL DAN BUDAYA
Pengaruh globalisasi dalam
bidang ekonomi, antara lain :
Globalisasi dan liberalisme pasar
telah menawarkan alternatif bagi pencapaian standar hidup yang lebih tinggi.
Semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara-negara kaya
dengan negara-negara miskin. Munculnya perusahaan-perusahaan multinasional dan
transnasional. Membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli
usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. Munculnya lembaga-lembaga
ekonomi dunia seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, WTO.
2. Dampak Globalisasi dalam bidang Sosial Budaya :
Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam
masyarakat dunia. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang.
Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD.
3. Dampak Globalisasi dalam bidang Politik
Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan.
Para pengambil kebijakan publik di negara sedang berkembang mengambil jalan
pembangunan untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi. Timbulnya gelombang
demokratisasi ( dambaan akan kebebasan ).
Dampak positif Globalisasi :
1. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
2. Mudah melakukan komunikasi
3. Cepat dalam bepergian ( mobili-tas tinggi )
4. Menumbuhkan sikap kosmopo-litan dan toleran
5. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
6. Mudah memenuhi kebutuhan
Dampak negatif Globalisasi:
1. Informasi yang tidak tersaring
2. Perilaku konsumtif
3. Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
4. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
5. Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat .
Munculnya globalisasi tentunya membawa
dampak bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Dampak globalisasi
tersebut meliputi dampak positif dan dampak negatif di berbagai bidang
kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-
lain akan berdampak kepada nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme :
1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika
pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat
tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa
nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut
akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional
bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik
seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang
sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan
bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap
nilai- nilai nasionalisme :
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat
membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah
arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi
akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza
Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk
dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita
terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri
sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat
yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
Dampak Globalisasi terhadap sosial budaya
Keadaaan keseimbangan dalam masyarakat merupakan keadaan yang diidam-idamkan
oleh setiap masyarakat. Dalam keadaan yang demikian, individu-individu secara
psikologis merasakan adanya suatu ketentraman, sebab tidak ada
pertentangan-pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat. Setiap kali terjadi gangguan keseimbangan, masyarakat dapat menolak
unsur-unsur yang akan membawa perubahan. Penolakan ini disebabkan masyarakat
takut terjadi goyahnya keseimbangan sistem yang berarti dapat muncul
ketidaktentraman.
Dampak Globalisasi Dalam Berbagai Bidang
Politik luar negeri yang semakin
terbuka untuk penyertaan modal asing dalam produksi nasional ikut berperan
dalam semakin tergantungnya perekonomian nasional pada sistem gurita perusahaan
global yang sangat sensitif pada terpeliharanya risiko stabilitas negara.
Pada saat orde reformasi tampil memimpin proses pembangunnasional, ekonomi
dunia sedang memasuki abad komputerisasi dan digitalisasi. Teknologi informasi
dan telekomunikasi ternyata kemudian berhasil merubah tatanan dan pola
produksi, perdagangan serta investasidari perusahaan multinasional dan
perusahaan global. Globalisasi menuntut perubahan pengaturan kebijakan
perdagangan dan investasi yang memberikan ruang gerak yang lebih leluasa agar
kapital, teknologi dan tenaga kerja dapat berpindah dengan mudah antar
kedaulatan wilayah negara. Dia menuntut juga perubahan paradigma, perilaku dan
sistem pengalokasian sumber daya ekonomi dan perusahaan.
Di satu pihak globalisasi telah membawa berbagai kesempatan untuk
pengusaha-pengusaha lokal yang tanggap dan siap memanfaatkan peluang.
Sebaliknya globalisasi juga telah menerkam mangsa yang lemah dalam aspek pemanfaatan
teknologi, penggunaan sumber kapital dan kepemilikan sumber daya manusia yang
kapabel dan kompeten. Pakar dunia dalam globalisasi Sekaliber Stiglitz bahkan
telah menyimpulkan bahwa globalisasi telah menimbulkan banyak kekecewaan karena
efek berantai yang dihasilkannya di negara berkembang; meliputi kemiskinan,
pengangguran, kepastian hidup, ketidakstabilan dan kerusakan lingkungan hidup.
Perekonomian Indonesia yang menekankan pertumbuhan ekonomi tinggi ternyata
memang rentan pada kemampuannya menetralisir efek negatif dari globalisasi dan
gejolak pasar internasional. Ketidaksiapan kita dengan kompetensi sumber daya
manusia yang kompeten, ditambah dengan tidak berperannya sistem hukum, politik
dan sosial yang dapat menyikapi berbagai kesempatan dari keterbukaan ekonomi
ini, semuanya ini sangat berperan dalam menciptakan “prestasi semu” dari
pembangunannasional yang telah kita uraikan di atas.
Daya tahan perekonomian Indonesia dari perusahaan-perusahaan industri pribumi
terbukti masih lemah dan menunjukan kekurang mampuannya mengantisipasi dampak
dari jatuhnya kepercayaan luar negeri pada kondisi politik dan sosial, dan
menurunnya daya beli masyarakat beberapa tahun setelah krisis ekonomi meletus.
Masih teringat di benak kita bagaimana efek domino jatuhnya nilai mata uang
“bath” Thailand pada tahun 1997 kemudian membuat negara kita seringkali
mendevaluasi “rupiah”. Sistem kepemerintahan Orde Barupun jatuh setelah itu
dengan efek rantai kekacauan di segala ini pada aspek kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam hitungan 2 sampai 3 tahun setelah itu banyak
perusahaan-perusahaan yang merupakan kebanggaan kita menjadi porak poranda.
Daftar kepailitan perusahaan semakin bertambah.
Kondisi ini sangat rentan pada upaya memelihara stabilitas sosial jangka
panjang. Meletusnya peristiwa konflik antar kelompok dibeberapa wilayah
Indonesia, keresahan pekerja akibat perlakuan sepihak yang kurang adil dari
pengusaha sebagai rentetan efek berganda kenaikan BBM, kekurangan kepercayaan
umumnya masyarakat pada lembaga publik pemerintah saat ini merupakan
penurunan stabilitas sosial. bahwa globalisasi
ekonomi dapat memberikan peluang dan berbagai kesempatan luas jika kita siap
dengan strategi dan kompetensi SDM untuk memanfaatkannya. Tetapi di lain pihak
globalisasi ekonomi pada saat kita tidak mapu memanfaatkan peluang akan
memberikan kekecewaan dan dampak negatif yang berantai serta meminta biaya
pengorbanan yang sangat tinggi bagi masyarakat.
a. Dampak Globalisasi Dalam Bidang Ekonomi
Globalisasi memberikan banyak pilihan dari produk yang kita inginkan yang
tentunya disesuaika dengan kebutuhan dan harga yang kita mampu. Contohnya,
yaitu kita dapat memperbandingkan harga sebuah sepatu dengan merek tertentu,
baik dari segi kualitas maupun harga yang kita inginkan. Globalisasi telah
membawa masyarakat kota maupun masyarakat pedesaan menjadi masyarakat yang
konsumerisme. Hal yang perlu dipertimbangkan dari dampak buruk globalisasi,
yaitu jika pencitraan (image) produk luar negeri selalu lebih baik dari produk
dalam negeri akan berakibat fatal.kefatalan tersebut akan menjadi boomerang
bagi produk-produk dalam negeri yang tentu saja akan kalah bersaing , baik dari
segi kualitas maupun kuantitas produk yang dihasilkan. Bagaimana tidak, kita
selalu tertinggal dari teknologi yang digunakan dibanding dari negara industri
luar yang lebih maju. Belum lagi sumber daya manusia yang rata-rata berkuaitas
lebih rendah dari Negara-negara industri (Negara maju).
b. Dampak Dalam Bidang Sosial Budaya
Globalisasi telah banyak mengubah kebiasaan, bahkan dapat mengubah budaya suatu
bangsa. Contoh kecil, misalnya, adanya perilaku yang menyimpang di dalam
masyarakat seperti pergaulan bebas, yang melanda tidak hanya di kota-kota besar
saja, teteapi juga sudah melingkupi seluruh pelosok desa. Akibatnya banyak
terjangkit penyakit seperti HIV yang banya ditemukan di Afrika. Akibat serbuan
inforamasi yang mudah diakses keseluruh penjuru dunia, yang dapat mempengaruhi
pikiran penonton, pada gilirannya jika sebuah tayangn yang merusak tadi
mempengaruhi sebuah kelompok bangsa, maka akan menjadi sebuah budaya yang
merusak, seperti merokok, narkoba, dan pergaulan bebas.
Tentu saja dampak positifnya seperti gaya hidup meniru orang barat dalam
kedisiplinan, bekerja lebih efektif dan efisien,menghargai waktu, yang sekarang
bahkan menjadiacuan untuk menggunakan waktu yang sebaik mungkin.
c. Dampak Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Arus globalisasi semakin cepat dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ditemukannya obat-obatan dan teknologi dalam kedokteran akan
membantu banyak manusia dalam hal kemanusiaan. Dalam bidang biologi daam hal
biotic, banyak membantu kemjuan para petani memaksimalkan produk pertanian dan
peternakan.
Selain dampak positif ada juga dampak negatifnya, seperti ketika manusia
menemukan bahan peledak dan bom atom yang digunakan dalam peperangan. Senjata
kimia dan biologis yang sangat mengerikan jika digunakan dalam pemusnahan
manusia karena perang. Hal-halyang seperti inilah yang seharusnya perlu kita hindari
d. Dampak Globalisasi Dalam Bidang Politik
Globalisasi memudahkan manusia dalam berhubungan, termasuk dalam menjalin kerja
sama dalam bidang diplomatic dengan Negara-negara lain. Hal ini dimungkinkan
karena kerja sama, baik dalam perdagangan maupun dalam politik mampu membuat
negeri kita dikenal oleh bangsa lain dengan lebih baik.dengan adanya kunjungan
dan komunikasi baik langsung maupun tidak langsung, mampu mempererat hubungan
antara dua Negara atau lebih. Jadi, jika sebuah Negara tidak mau terasing oleh
masyarakat dunia, kita harus mau membuka diri supaya tidak tertinggal dalam hal
apapun. Globalisasi memungkinkan untuk menjadikan Negara-negara yang lebih
terbuka dengan ekonomi kita dan bahkan dalam hal ratifikasi-ratifikasi
undang-undang tertentu.
DAMPAK GLOBALISASI
Aspek dan dampak globalisasi dalam
kehidupan bangsa dan negara Indonesia
Aspek Politik Dampak Positif dengan adanya globalisasi antara lain pemerintahan
dijalankan secara transparan (terbuka) , demokratis dan penuh kebebasan .
Dampak Negatif dengan adanya globalisasi , mampu membuka cakrawala berfikir
masyarakat ini secara global . Dapat melahirkan dilematika . Bila dipenuhi
konsekuensinya di satu pihak hal itu belum tentu cocok ditetapkan di Indonesia.
Aspek Ekonomi Dampak positif dalam aspek ini dengan adanya globalisasi dapat
kita petik hal – hal : 1.Makin terbukanya pasar Internasional bagi hasil
produksi dalam negeri
2.Mendorong kita untuk memproduksi barang yang berkualitas tinggi
3.Mendorong para pengusaha untuk meningkatkan efesiensi dan menghilangkan biaya
tinggi 4.Dimungkinkan dapat meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara.
Dampak negatif dari aspek ekonomi adalah :
1.Dengan adanya keterbukaan maka kita akan dibanjiri barang – barang dari luar.
2.Dengan adanya kebebasan masuknya investasi dari luar ke negara kita,bisa
menguasai perekonomian kita.
3.Dengan adanya persangian bebas maka kelak akan ada pelaku ekonomi yang menang
dan kalah.
Aspek Sosial Budaya
Dampak Positif dalam aspek ini adalah kita dapat mengambil atau belajar dari
tata nilai sosial budaya , cara hidup , pola berfikir yang baik maupun ilmu
pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju untuk kemajuan dan
kesejahteraan kita .
Dampak Negatifnya antara lain :
1.Semakin ketatnya persaingan antar individu
2.Munculnya sifat hedonisme Adanya sikap individualisme
3.Bisa mengakibatkan kesenjangan sosial
Aspek Pertahanan Keamanan
Dampak positif globalisasi dalam aspek pertahanan keamanan dapat dilihat dari
adanya hubungan kerja sama antarbangsa , khususnya dalam bidang pertahanan
keamanan baik kerja sama bilateral , regional maupun internasional.
Dampak negatifnya yaitu kemajuan teknologi juga dipergunakan oleh jaringan atau
kelompok penjahat internasional untuk beroprasi di berbagai negara untuk mempermudah
mencapai tujuannya .
Pengaruh Globalisasi terhadap kehidupan bangsa dan negara Indonesia
Bidang Ideologi
Pancasila sebagai ideologi terbuka , pada prinsipnya dapat menerima unsur –
unsur daru dari bangsa lain sepanjang tidak bertentangan dengan nilai – nilai
dasar pancasila .
Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan pemahaman dan pengamalan pancasila
selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman . Ini termasuk dari Dampak
Positif.
Sebaliknya , pengaruh negatif globalisasi harus diwaspadai, karena globalisasi
mampu meyakinkan sementara masyarakat indonesia bahwa liberalisme dapat membawa
manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran .
Bidang Politik
Pengaruh positif globalisasi yang menawarkan kehidupan politik yang demokratis
, dengan mengutamakan keterbukaan , jaminan hak asasi manusia , dan kebebasan ,
berpengaruh kuat terhadap pikiran maupun kemauan bangsa Indonesia .
Segi negatif dari pengaruh globalisasi terhadap bidang politik , terutama
adanya ancaman disintegrasi bangsa dan negara yang akan menggoyahkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia .
Bidang Ekonomi
Dengan hadirnya barang impor , masyarakat diperkenalkan dengan berbagai
kemajuan teknologi yang canggih dan modern . Ini cenderung membawa pengaruh
positif .
Adapun pengaruh negatifnya , dengan adanya makanan impor maka sebagian besar
generasi muda kita lebih merasa bergengsi dapat menikmati makanan bermerek
internasional tersebut , sehingga tidak mengenal lagi makanan – makanan
tradisional.
Bidang Sosial Budaya
Pengaruh positif globalisasi dalam aspek sosial , ditandai dengan adanya rasa
solidaritas sosial yang tiggi antarbangsa di berbagai negara .
Namun sebaliknya , terdapat pula pengaruh globalisasi yang bersifat negatif
yang melanda masyarakat atau bangsa Indonesia seperti sikap dan perilaku ,
serta gaya hidup yang meniru orang – orang barat yang bertentangan dengan norma
dan nilai – nilai budaya bangsa .
Bidang pertahanan dan keamanan
Globaisasi yang menyajikan informasi yang cepat dan akurat , juga membawa
pengaruh bagi aspek pertahanan dan keamanan bangsa dan negara Indonesia .
Beberapa segi negatif pengaruh globalisasi terhadap keamanan dan pertahanan
negara , antara lain munculnya reaksi – reaksi keras dari sebagian rakyat
Indonesia terhadap peristiwa atau tragedi yang terjadi di suatu negara yang
dianggap melanggar hak asassi manusia .
Ancaman disintegrasi bangsa karena adanya pengaruh dan dukungan dari negara
lain, juga perlu diwasapadai.
Seleksi terhadap pengaruh globalisasi dibidang politik
Masalah demokrasi
Demokrasi yang dianggap ideal selam ini adalah demokrasi ala amerika. Dari sini
amerika merasa berkepentingan untuk menegakkannya,dan dalam pelaksanaannya
terlihat bersifat subjektif dan diskriminatif .
Masalah kebebasan dan keterbukaan
Di indonesia pengaruhnya begitu luas, salah satunya sadar atau tidak
membangkitkan keberanian untuk menuntut kepada pemerintah agar memberi banyak
kebebasan , pemerintah dijalankan secara demokratis dan transparan diawali
akhir masa pemerintahan orde baru dan ini terus berjalan sampai sekarang.
Masalah hak asasi manusia
Hak asasi manusia kita akui bersifat universal.namun pengertian , kriteria ,
dan pelaksanaannya juga belum ada kesepakatan , yang ada selama ini dominan
menurut penafsiran amerika dan terus di gelorakan keseluruh dunia.
Selektif terhadap pegaruh globalisasi dibidang ekonomi
Misi yang diemban globalisasi dibidang ekonomi terutama adalah negara tanpa
batas, perdagangan bebas , liberalisasi ekonomi , integrasi ekonomi dunia,dan
kebebasan investasi.
Alat yang dipakai melancarkan jalan guna mencapai tujuannya antara lain
perjanjian-perjanjian multilateral,lembaga keuangan internasional seperti, bank
dunia maupun kerja sama modal antar negara.
Selektif terhadap pengaruh globalisasi dibidang sosial budaya
Ada pengaruh yang perlu kita seleksi itu antara lain sebagai berikut :
1.Sikap, pola, dan gaya hidup .
2.Penampilan dan gaya pakaian .
3.Dasar ikatan hidup bermasyarakat .
4.Paham rasionalisme,materialisme,dan sekulerisme.
3. Aspek dan Dampak Globalisasi dalam Kehidupan Bangsa dan Negara Indonesia.
Globalisasi mencakup semua aspek atau bidang kehidupan, yaitu bidang politik,
ekonomi, sosbud dan pertahanan keamanan. Globalisasi yang dikenal saat ini
memiliki dampak positif dan negatif, yaitu:
a. Aspek Politik
Dampak positif di bidang politik dengan adanya globalisasi yaitu diantaranya
pemerintah yang ada dilaksanakan secara transparan, demokratis dan penuh
kebebebasan. Dengan adanya keterbukaan akan dapat dicegahnya praktek KKN untuk
menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Dengan adanya pemerintahan yang
demokratis akan meningkatkan partisiasi rakyat dalam pemerintahan. Rakyat akan
percaya terhadap penguasa yang menjalankan pemerintahannya. Pemerintah akan
memperoleh legitimasi dari rakyatnya. Masyarakat yang demokratis pun akan kritis
terhadap jalannya pemerintahan. Dengan begitu akan ada check and balance,
sehingga dapat dihindari adanya penyalahgunaan kekuasaan, maupun praktek
pemerintahan yang menyeleweng dari konstitusi.
Disamping dampak positif, ada pula dampak negatif dari globalisasi. Dampak
negatif dengan adanya globalisasi yaitu mampu membuka cakrawala berpikir
masyarakat secara global.Sesuatu yang diterapkan di luar negeri, dapat
mempengaruhi kita untuk mengikutinya. Padahal apa yang ada di luar negeri belum
tentu sesuai dengan kehidupan dan tradisi bangsa kita. Sementara bila tidak
mengikuti akan diaggap tidak aspirstif sehingga dapat megganggu kestabilan
nasional., pertahanan dan ketahanan bahkan npersatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
b. Aspek Ekonomi
Globalisasi dalam bidang ekonomi mempunyai dampak positif antara lain,
yaitu:
1) Makin terbukanya pasar Internasional bagi
hasil produksi dalam negeri.
2) Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan devisa
Negara
3) Mendorong kita untuk meningkatkan kualitas
produk yang tinggi.
4) Mendorong para pengusaha untuk meningkatkan
efisiensi dan menghilangkan biaya tinggi.
Namun keberadaan globalisasi juga mempunyai dampak negatif bagi perekonomian
bangsa Indonesia, antara lain yaitu:
Dengan keterbukaan perdagangan maka kita akan dibanjiri barang-barang dari
luar. Bahkan apabila kita tidak bisa memproduksi barang lebih bagus dari
barang-barang luar negeri, barang luar negeri bisa mengalahkan produksi dalam
negeri, karena kualitas barang luar negeri lebih bagus dan lebih murah
dibanding produksi bangsa sendiri. Mengakibatkan neraca perdagangan kita akan
minus.
Dengan kebebasan masuknya investasi luar negeri dalam Negara kita, bisa jadi
suatu saat mereka bisa mengendalikan dan menguasai perekonomian
Indonesia. Tidak berhenti dari itu, bahkan mereka dapat mendikte
pemerintah atau bangsa kita.
Persaingan bebas mengakibatkan adanya kesenjangan antar pelaku ekonomi. Akan
ada yang menang dan akan ada yang kalah. Yang tidak sesuai kepribadian bangsa
kita. Yang menang akan mampu memonopoli dan yang kalah hanya akan tersisih dan
menjadi penonton kegiatan perekonomian. Antara kaya dan miskin kesenjangannya
akan tajam, sehingga melahirkan kelas-kelas ekonomi.
c. Aspek Sosial Budaya
Di dalam aspek social budaya, globalisasi memberikan dampak positif dengan kita
dapat mengambil atau belajar dari tatanan nilai sosial budaya, pola berpikir,
serta cara hidup yang baik maupun teknologi, komunikasi serta ilmu pengetahuan
yang lebih maju dari negara lain. Misalnya saja etos kerja yang tinggi,
disiplin, tanggungjawab, mandiri, suka membaca, meneliti dan menulis, sportif,
jujur, rasional, bahkan semua terprogram.
Globalisasi di bidang ini mempunyai pengaruh negatif pula, antara lain yaitu :
1) Liberalisme akan tumbuh, yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai pancasila.
2) Munculnya hedonisme, paham mengenai suatu
kenikmatan hidup sebagai nilai tertinggi. Hal trersebut memaksa manusia untuk
memenuhi keinginan dan kenikmatan pribadi.
3) Rasa kekaluargaan yang akan berkurang dengan
adanya jiwa individualis.
4) Kesenjangan social semakin tajam.
5) Budaya-budaya tradisional kita akan tergeger
oleh budaya negra lain.
d. Aspek Pertahanan dan Keamanan
Dampak positif globalisasi dalam aspek pertahanan dan keamanan dapat dilihat
dengan adanya hubungan kerjasama antar bangsa, khususnya bidang pertahanan dan
keamanan baik kerjasama bilateral, regional. maupun internasional. Kerjasama
memperkuat keamanan dan pertahanan wilayah regional, misalnya kerjasamam dengan
negra-negara ASEAN dalam bidang kemiliteran, latihan perang bersama,
pemberantasan jaringan narkoba, perjanjian ekstradisi, jaringan teroris dan
semua kegiatan yang dianggap membahayakan negara. Misalnya saja dengan cara
saling tukar informasi mengenai adanya ancaman dan gangguan keamanan akan lebih
cepat diketahui sehinnga dapat diantisipasi lebih dini secara bersama-sama
sebelum meluas dan mempunyai kekauatan yang besar.
Mengenai dampak negatifnya di bidang ini, globalisasi menjadikan kemajuan
teknologi juga juga digunakan oleh jaringan penjahat internasional untuk
beroperasi di berbagai negara. Penjahat-penjahat dari dalam negeri yaitu warga
Negara Indonesia yang melakukan tindak pidana misalnya saja korupsi, makar
terhadap pemerintahan negara, membunuh dan sebagainya, mudah melarikan diri ke
Negara lain dan menetap di sana bahkan para penjahat politik dapat memperoleh
suaka politik. Hal ini sangat merugikan bagi bangsa Indonesia.
Globalisasi Teknologi – Berikut ini adalah contoh globalisasi dalam bidang
teknologi
Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat
membuat bola dunia terasa makin kecil dan ruang seakan menjadi tak berjarak
lagi. Cara pandang terhadap duniapun sudah berubah. Teknologi informasi dalam
perubahan cara pandang itu telah menjadi ujung tombak berbagai perubahan lain
yang dirasakan manusia di muka bumi ini. Namun, perubahan macam apa yang
diciptakan dan ke arah mana perubahan itu berjalan? Siapa yang diuntungkan dan
siapa pula yang dirugikan?
Globalisasi : Proses yang Adil?
Globalisasi adalah satu kata yang mungkin paling banyak dibicarakan orang
selama lima tahun terakhir ini dengan pemahaman makna yang beragam. Namun, apa
yang dipahami dengan istilah globalisasi akhirnya membawa kesadaran bagi
manusia, bahwa semua penghuni planet ini saling terkait dan tidak bisa
dipisahkan begitu saja satu sama lain walau ada rentang jarak yang secara fisik
membentang. Dunia dipandang sebagai satu kesatuan dimana semua manusia di muka
bumi ini terhubung satu sama lain dalam jaring-jaring kepentingan yang amat
luas.
Pembicaraan mengenai globalisasi adalah pembicaraan mengenai topik yang amat
luas yang melingkupi aspek mendasar kehidupan manusia dari budaya, politik,
ekonomi dan sosial. Globalisasi di bidang ekonomi barangkali kini menjadi
kerangka acuan dan sekaligus contoh yang saat ini paling jelas menggambarkan
bagaimana sebuah kebijakan global bisa berdampak pada banyak orang di tingkat
lokal, sementara wacana globalisasi dalam hal yang lain mungkin tidak begitu
mudah diamati secara jelas.
Contoh yang bisa diangkat mungkin adalah perdagangan internasional,
kebijakan dana moneter internasional hingga ijin operasi perusahaan multi
nasional yang menunjukkan bahwa mata-rantai-dampaknya pada akhirnya akan
berakhir pada pelaku ekonomi lokal, baik positif maupun negatif. Desain
globalisasi ekonomi sendiri misalnya, memang pada awalnya dinilai beritikad
positif, yaitu menaikkan kinerja finansial negara-negara yang dianggap masih
terbelakang secara ekonomi dengan melakukan kerjasama perdagangan dan kebijakan
industri.
Namun, dampak negatifnya ternyata tidak bisa dielakkan ketika penyesuaian
kebijakan global itu tidak bisa dilakukan di tingkat lokal. Situasi
menang-menang yang ingin dicapai berubah menjadi situasi kalah-menang yang tak
terhindarkan bagi pelaku ekonomi lokal. Kasus fenomenal seperti yang tak
kunjung usai, penjualan perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah baru-baru ini,
atau kasus lain yang nyaris tidak terliput secara luas seperti hilangnya jutaan
plasma nuftah di hutan dan Papua Barat, menunjukkan hal itu dengan jelas. Tentu
masih ada banyak yang lain.
Maka, tidak heran apabila kemudian sebagian merasa bahwa isu globalisasi
berhembus ke arah negatif, yaitu bahwa globalisasi hanya menguntungkan mereka
yang sudah lebih dahulu kuat secara ekonomi dan punya infrastruktur untuk
melanggengkan dominasi ekonominya, sementara negara yang terbelakang hanya
merasakan dampak positif globalisasi yang artifisial, namun sebenarnya tetap
ditinggalkan. Sebagian yang lainnya tetap optimis dengan cita-cita hakiki
globalisasi dan yakin bahwa tata manusia yang setara di muka bumi ini akan
terwujud suatu saat nanti dengan upaya-upaya membangun kebersatuan sebagai
sesama penghuni bola-dunia.
Nampaknya, apapun esensi perdebatannya, yang ada di depan mata adalah
berjalannya proses globalisasi di hampir segala bidang tanpa bisa dihentikan.
Teknologi Informasi (TI)
Teknologi Informasi (TI) yang kini berkembang amat pesat, tak bisa
dipungkiri memberikan kontribusi yang signifikan terhadap seluruh proses
globalisasi ini. Mulai dari wahana TI yang paling sederhana berupa perangkat
radio dan televisi, hingga internet dan telepon gengam dengan protokol aplikasi
tanpa kabel (WAP), informasi mengalir dengan sangat cepat dan menyeruak ruang
kesadaran banyak orang.
Perubahan informasi kini tidak lagi ada dalam skala minggu atau hari atau
bahkan jam, melainkan sudah berada dalam skala menit dan detik. Perubahan harga
saham sebuah perusahaan farmasi di Bursa Efek Jakarta hanya membutuhkan waktu
kurang dari sepersepuluh detik untuk diketahui di Surabaya. Indeks nilai tukar
dollar yang ditentukan di Wall Street, AS, dalam waktu kurang dari satu menit
sudah dikonfirmasi oleh Bank Indonesia di Medan Merdeka. Demikian juga peragaan
busana di Paris, yang pada waktu hampir bersamaan bisa disaksikan dari
Gorontalo, Sulawesi.
TI telah mengubah wajah ekonomi konvensional yang lambat dan mengandalkan
interaksi sumber daya fisik secara lokal menjadi ekonomi digital yang serba
cepat dan mengandalkan interaksi sumber daya informasi secara global. Peran
Internet tidak bisa dipungkiri dalam hal penyediaan informasi global ini
sehingga dalam derajat tertentu, TI disamaratakan dengan Internet. Internet
sendiri memang fenomenal kemunculannya sebagai salah satu tiang pancang penanda
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Internet menghilangkan semua
batas-batas fisik yang memisahkan manusia dan menyatukannya dalam dunia baru,
yaitu dunia “maya”. Setara dengan perkembangan perangkat keras komputer,
khususnya mikro-prosesor, dan infrastruktur komunikasi, TI di internet
berkembang dengan kecepatan yang sukar dibayangkan.
Konsep perdagangan elektronik melalui internet, yang dikenal dengan nama
e-Commerce yang lahir karena perkawinan TI dengan globalisasi ekonomi belum
lagi genap berusia lima tahun dikenal –dari fakta bahwa sebenarnya sudah ada
sekitar 20 tahun yang lalu—ketika sudah harus merelakan dirinya digilas dengan
konsepsi e-Business yang lebih canggih. Jika e-Commerce “hanya” memungkinkan
seseorang bertransaksi jual beli melalui internet dan melakukan pembayaran
dengan kartu kreditnya secara on-line, atau memungkinkan seorang ibu rumah
tangga memprogram lemari-esnya untuk melakukan pemesanan saribuah secara
otomatis jika stok yang disimpan di kulkas itu habis dan membayar berbagai tagihan
rumah tangganya melalui instruksi pada bank yang dikirim dengan menekan
beberapa tombol pada telepon genggamnya, maka dengan e-Business, transaksi
ekspor impor antar negara lengkap dengan pembukaan LC dan model cicilan
pembayarannya juga bisa dilakukan dengan wahana dan media yang sama.
Karena itu, wajar jika pemerintah negara-negara Asia, negara yang dianggap
kurang maju, kini mulai secara resmi mendukung perkembangan TI setelah sekian
lama diam-kebingungan karena tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan
perkembangan teknologi yang demikian cepat ini. Bagi Asia, yang saat ini sedang
bekerja keras mengejar ketinggalan dari negara-negara maju dan pada saat yang
sama mengalami perubahan sosial politik, keberadaan internet khususnya
merupakan masalah yang pelik. Lebih buruk lagi, krisis ekonomi yang dialami
Asia pada akhir tahun 90an menunda perkembangan TI di saat AS dan negara-negara
Eropa sedang berkembang pesat dalam penggunaan teknologi itu.
Pertemuan Asian Regional Conference of the Global Information Infrastructure
Commission (GIIC) di Manila pada bulan Juli 2000 menghasilkan rencana untuk
membangun jaringan komunikasi, menyediakan perangkat pengakses informasi dari
internet untuk masyarakat, menyusun framework penggunaan TI, membangun jaringan
online-pemerintah, serta mengembangkan pendidikan untuk meningkatkan daya saing
Asia. Namun memang masih ada hambatan, terutama antara lain sumber daya yang
terbatas, masih kakunya sistem pemerintahan, serta perbedaan sosial politik di
antara negara-negara yang kini harus bekerjasama –yang bila gagal diatasi, akan
tetap menempatkan Asia di pihak yang merugi. Salah satu tindakan yang akan
dilakukan oleh pemerintah Asia yang disepakati dalam pertemuan GIIC itu adalah
mempersiapkan hukum mengenai transaksi, kejahatan internet, merek dagang, hak
cipta dan masalah lain.
Bagaimana dengan Indonesia? Menurut Tabloid Kontan On-line tanggal 9 Oktober
2000 yang mengutip IDC (Information Data Corporation), dana yang sudah
dibelanjakan untuk kepentingan TI di Indonesia cukup besar. Tahun 2000 ini
diperkirakan US$ 772,9 juta, naik dari US$ 638,4 juta tahun lalu. Jumlah ini
belum termasuk investasi dotcom yang sempat bergairah obor-blarak dalam dua
tahun terakhir. Dari US$ 772,9 juta itu, sebagian besar (57,7%) dibelanjakan untuk
perangkat keras seperti PC dan notebook. Sebagian yang lain (14,4%)
dibelanjakan untuk perangkat lunak. Seharusnya, angka untuk perangkat lunak ini
jauh lebih besar daripada untuk perangkat kerasnya. Hal ini diduga keras karena
di Indonesia tingkat pembajakan masih di atas 90%. Sementara dari 17 sektor
yang membelanjakan uang untuk TI tadi, sektor yang paling banyak mengeluarkan
uang adalah komunikasi & media (19,3%), diikuti oleh discreet manufacturing
(16,9%), pemerintah (12,4%), dan perbankan (11,8%).
TI yang Mendorong Perubahan Sosial?
Sampai dengan bulan Juni 1999, masih menurut sumber dari Kontan On-line,
dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 220 juta jiwa, jumlah personal
computer yang ada di negeri ini hanya sekitar 2 juta unit. Itu berarti hanya
0,95% dari jumlah penduduk. Angka ini masih sangat kecil jika dijadikan pijakan
konsepsi utopis TI yang mampu mendorong terjadinya perubahan sosial.
Namun, angka sekecil itu yang diperkuat dengan TI, khususnya pemanfaatan
jaringan internet, bisa cukup menimbulkan dilema bagi pemerintah, lebih khusus
lagi bagi negara yang memiliki peraturan ketat. Di jaman Orde Baru berkuasa
dulu, TI disikapi dengan penuh kebingungan, seperti misalnya dalam kasus
penggerebekan salah satu Internet Service Provider (ISP) di Jakarta saat
“Kudatuli” –kerusuhan dua puluh tujuh juli—yang menghebohkan itu. Kasus ini
layaknya menghadapkan kemajuan TI dengan alat perang dan kekuasaan. Dan seperti
biasanya, senjata lebih berkuasa daripada teknologi.
Namun, kekuatan TI yang ditekan itu kemudian tampil “jumawa” dalam episode
jatuhnya Orde Baru. Konon, dipercaya bahwa gerakan mahasiswa dan bantuan
logistiknya dikoordinasikan dengan memanfaatkan kecanggihan TI ini. Bahkan,
komunikasi militer pun disadap dan semua sandi militer diterjemahkan oleh para
aktivis dan dibagikan lewat pager, telepon gengam dan email pada para
koordinator lapangan untuk mengantisipasi blokade militer yang menyapu Jakarta
dan kota-kota lainnya saat itu, 1998 dan 1999. TI, secara langsung atau tidak,
berkontribusi atas terjadinya suatu perubahan sosial yang bermakna di Indonesia
yaitu jatuhnya rejim militeristik yang sudah berkuasa 32 tahun lamanya.
Tapi, entah dimana salahnya, pemerintah baru yang terpilih secara relatif
demokratis pasca rejim Orde Baru ini juga gagap menanggapi kemajuan TI. Keppres
96/2000 yang garis besarnya berisi larangan masuknya investor asing di bidang
industri multimedia di Indonesia, menunjukkan dengan jelas kebingungan
pemerintah dalam merespon perkembangan bisnis multimedia, yang tentu ada dalam
mainstream TI. Dengan Kepres itu, tersirat inferioritas yang luar biasa dalam
diri pemerintah. Pemerintah beranggapan bahwa proteksi itu diberikan dengan
asumsi tidak mungkin pemain-pemain lokal mampu bersaing dengan investor asing
dalam dunia TI.
Padahal, justru banyak pemain lokal yang berteriak dan menentang keppres
ini. Satu-satunya pemain lokal yang terlihat paling getol mendukung
dikeluarkannya keppres tersebut hanyalah PT. Telkom. Kebingungan ini juga
terlihat jelas dalam perumusan UU Telekomunikasi beserta PP yang menyertainya.
Dalam PP No 52/2000 misalnya, apabila seseorang ingin mendirikan warung
internet, untuk mengurus ijin pendirian warnet, harus meminta ijin yang
ditandatangani oleh menteri (!). Jelas, bahwa kebijakan pemerintah saat ini
menimbulkan semakin banyak masalah yang timbul dalam pengembangan TI.
Dalam hal politik, meningkatnya tribalisme saat ini mungkin bisa dianggap
terkait dengan kemajuan TI karena memperjelas banyak hal sehingga setiap orang
dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di mana saja, yang pada masa lalu tidak
terlihat –tapi bukannya tidak ada. Demokrasi melanda dunia dan dunia menerapkan
demokrasi itu melalui sistem telekomunikasi global. Dengan semakin banyaknya
informasi yang diterima masyarakat, pemerintah harus mulai berubah ke arah
sistem dimana peraturan dan hukum didasarkan bukan pada kemauan pemerintah,
melainkan pada legitimasi masyarakat.
Konsep Negara Kesatuan misalnya, jika dilihat dari kacamata TI dan
globalisasi secara paradoks bisa jadi sudah punah karena negara yang efektif
justru memecah dirinya menjadi bagian lebih kecil dan lebih efisien. Kenichi
Ohmae dalam bukunya yang terkenenal The End of the Nation State, melihat dengan
jelas bahwa gagasan “pemerintah pusat adalah bagian yang terpenting dari sebuah
pemerintahan” sudah saatnya ditinggalkan. Dunia dalam kacamata TI saat ini
adalah dunia tentang pribadi orang per orang, bukan negara (state). Dunia yang
saat ini, menurut pencetus ide “The Third Way” Anthony Giddens dengan teori
strukturasi modernisnya, sedang bermetamorfosa dari swapraja menuju swakelola.
Pilihan Strategi Pemanfaatan TI
TI modern memungkinkan kerjasama yang luar biasa antar masyarakat, pelaku
ekonomi dan negara. Sebuah paradoks: karena ekonomi global makin membesar, maka
negara-negara yang mengambil peran akan semakin mengecil. Tanpa TI, informasi
tidak ada, dan tanpa informasi maka semua kegiatan akan berhenti.
Globalisasi, dalam hal informasi dan dilihat dari kacamata TI, jelas adalah
keniscayaan. Tak ada jalan untuk mundur lagi. Menurut Amartya Sen, pemenang
hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 1998, teknologi harus berpihak dan mengabdi
pada manusia. Maka yang harus dilakukan dalam konteks perkembangan TI dan
globalisasi ini adalah membangun kembali keberpihakan TI melalui strategi yang
membela mereka yang selama ini ditinggalkan dan diabaikan dalam arus
globalisasi.
Bagaimana memulai? Pertama, dari yang lokal, yaitu dengan memberikan
kesempatan pada yang kecil. Dengan populasi mencapai 2,1 juta unit usaha yang
“tahan banting” –sudah teruji dalam krisis ekonomi—maka pengusaha kecil,
menengah dan koperasi merupakan sasaran pokok yang harus didorong dan
diberdayakan dalam memanfaatkan TI untuk melakukan perdagangan elektronik
karena keterbatasan modal, sumber daya manusia dan keahlian.
Kedua, adanya infrastruktur perangkat keras ataupun lunak. Dalam hal ini,
pemerintah harus mempunyai visi yang jelas. Dulu Indonesia pernah mempunyai
konsep Nusantara 21, yang sebenarnya sudah diresmikan penggunaannya pada akhir
1996. Konsep ini harus diakui meniru konsep Singapore One, dan juga Malaysia
Supercoridor. Implementasinya pun saat itu sudah ada, yaitu dengan banyak
munculnya wasantara.net, hasil kerjasama antara PT Telkom dan PT Pos dan
munculnya banyak ISP. Tapi konsep Nusantara 21 terhenti dan terganggu karena
krisis ekonomi dan politik. Sekarang, konsep ini sebenarnya bisa dilanjutkan
lagi karena embrionya sudah muncul di masyarakat yang berupa ISP, warnet dan
lain-lain. Mungkin ini akan lebih mudah karena dulu Nusantara 21 itu sebuah proyek
menara gading yang di bawahnya masih kosong. Nah, sekarang tinggal
pemerintahnya. Adakah visi ke sana?
"Masa Depan Globalisasi" menurut
Prof. Heiko Faust
Globalisasi berdampak pada
liberalisasi, deregulasi dan kompetisi. Dalam tatanan sosial, ia juga
memunculkan fragmentasi dan perubahan gaya hidup yang semakin memperlebar
tumbuhnya kesenjangan di berbagai belahan dunia. Demikian tesis yang
disampaikan Prof. Dr. Heiko Faust, MA dalam seminar internasional yang
diselenggarakan Program Pascasarjana Universitas Brawijaya (PPS-UB), Selasa
(2/3). Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar bidang Human Geography dari
Georg-August Universitaet Goettingen, Jerman ini menyampaikan materi bertajuk
"Future Prospect of Globalization In The Changing World". Lebih
lanjut, Faust menyebutkan bahwa globalisasi yang menyentuh hingga level lokal menimbulkan
berbagai reaksi. "Bukannya polarisasi global sebagai dampak dari
interpenetrasi, globalisasi malah memunculkan reaksi glokalisasi", terang
Fraust.Glokalisasi ini, kemudian ia bagi menjadi dua, yang pertama adalah
kearifan lokal yang diperhitungkan dan diekspresikan secara global yang
biasanya diimplementasikan dalam pemasaran, internet, perdagangan, gaya hidup,
dll. Kedua, globalisasi yang melokal, yaitu globalisasi yang dipilih secara
selektif diantaranya dalam hal makanan, gaya hidup, serta desain infrastruktur
yang biasanya berada di kawasan urban.
"Perkembangan aneka budaya secara global merupakan dampak dari
meningkatnya komunikasi dan interaksi antar berbagai budaya lokal dan bukan
karena homogenisasi dari budaya yang beraneka ragam", terangnya. Dalam
tesis tersebut, ia membantah pakar sosiologi asal Stanford University, Amerika
Serikat, John W.Meyer tentang neoinstitusionalisme yang banyak mengungkap
homogenisasi, westernisasi dan rasionalisasi. Dalam teori tersebut, menurut
Faust, Meyer beranggapan bahwa pusat geografi adalah "barat", yang
merupakan pusat penyebaran kemajuan dan keadilan dalam dimensi global.
"Homogenisasi ini menurut Meyer melanda hampir semua sektor diantaranya
ekonomi, politik dan budaya. Contohnya adalah standarisasi yang ditetapkan
dalam sistem pendidikan", tutur Faust. Aktor homogenisasi ini bisa dari
organisasi pemerintah maupun non pemerintah, individu, daerah (negara bagian)
serta "yang lainnya". "yang lainnya ini bisa diartikan institusi
dan masyarakat yang mendukung, menyumbang pemikiran serta melegitimasi sang
aktor", ujarnya.
Teori yang diungkapkan Meyer, menurut Faust mirip dengan terminologi
"Mcdonaldization" yang disampaikan George Ritzer pada 1993.
McDonaldisasi merupakan ilustrasi Ritzer terhadap perubahan karakter kehidupan
sosial masyarakat saat ini melalui penyatuan berbagai aksi tradisional dalam
proses yang sederhana dan logis. Dimensi McDonaldisasi ini meliputi efisiensi,
penghitungan, prediksi dan kontrol.
Teori lain yang dipaparkan Faust tentang globalisasi adalah "Sistem Dunia
Modern", sebuah teori perubahan sosial yang dipaparkan Immanuel
Wallerstein, seorang ilmuwan dari New York, Amerika Serikat. Teori ini banyak
dipengaruhi oleh teori ketergantungan, Marxist, dan sejarah dari French Annales
School dengan pembahasan utama pada aspek ekonomi.
"Sejak abad ke-16 kapitalisme telah menguasai dunia ekonomi dan menentukan
sistem sosial. Perubahan sosial banyak dipengaruhi ekspansi dan perubahan
ekonomi global yang tanpa batas. Oleh karena itu dapat digarisbawawi bahwa
ekonomi dunia berkaitan dengan sistem sosial", ujar Faust. "Analisis
ekonomi dunia yang kapitalistik berbasis pada tiga pembagian wilayah kerja
yaitu centre, semi-periphery dan periphery dimana peningkatan ekonomi secara
tidak proporsional hanya terjadi di centre saja", tuturnya. Berkaitan
dengan hal tersebut, ia pun memaparkan bahwa 80 persen perdagangan
internasional dikendalikan oleh 25 negara saja dari total 186 yang ada,
diantaranya Amerika Serikat (12.25 persen), Jerman (8.6 persen) dan China (6.2
persen).
Kritik Faust terhadap teori Wallerstein ini adalah titik beratnya yang hanya
difokuskan pada aspek ekonomi saja dan mengabaikan aspek lainnya dalam
menganalisis ekonomi dunia. Padahal, menurut Faust, struktur sosial serta
aktivitas politik sangat menentukan aktivitas ekonomi yang diistilahkan dengan
"class processes". Dua aspek yaitu budaya dan agama, ditambahkan oleh
teori yang dipaparkan Roland Robertson, yang memusatkan perhatian pada
glokalisasi dan relativitas. Dalam teori ini, aspek psikologi sosial lebih
dikedepankan, dan tidak terlalu materialistik dibanding Wallerstein. Empat
aktor yaitu individu, komunitas, masyarakat dan dunia internasional saling
berkaitan satu sama lain dalam globalisasi sosial.
Dampak Globalisasi
Terhadap Umat Islam
Dewasa ini
kemajuan sains dan teknologi telah mencapai perkembangan yang sangat pesat,
termasuk di Negara kita Indonesia. Pembangunan di Negara kita juga telah
mencapai kemajuan yang demikian pesat, terutama sejak bergulirnya era reformasi
hingga saat ini. Karenanya, seiring dengan itu, marilah kita umat Islamsecara
bersama-sama ikut ambil bagian dengan secara aktif, terutama dalam pembangunan
mrntal spiritual, agar umat Islam tidak sekedar maju dalam segi fisik saja,
namun juga kokoh mentalnya, tidak mudah terjebak dalam pemikiran yang merusak.
Dalam abad teknologi ultra moderen
sekarang ini, manusia telah diruntuhkan eksistensinya sampai ketingkat mesin
akibat pengaruh globalisasi. Roh dan kemuliaan manusia telah diremehkan begitu
rendah. Manusia adalah mesin yang dikendalikan oleh kepentingan financial untuk
menuruti arus hidup yang materialistis dan sekuler. Martabat manusia
berangsur-angsur telah dihancurkan dan kedudukannya benar-benar telah
direndahkan. Globalisasi adalah merupakan gerakan yang telah dan sedang
dilakukan oleh Negara-negara Barat Sekuler untuk secara sadar atau tidak, akan
menggiring kita pada kehancuran peradaban.
Sebagaimana telah kita saksikan
dalam kehidupan sehari-hari, baik secara langsung maupun melalui media cetak
dan elektronik, mulai dari prilaku, gaya hidup, norma pergaulan dan tete
kehidupan yang dipraktekkan, dipertontonkan dan dicontohkan oleh orang-orang
Barat akhir-akhir ini semakin menjurus pada kemaksiatan. Apa yang mereka
suguhkan sangat berpengaruh terhadap pola piker umat Islam. Tak sedikit dari
orang-orang Islam yang secara perlahan-lahan menjadi lupa akan tujuan hidupnya,
yang semestinya untuk ibadah, berbalik menjadi malas ibadah dan lupa akan Tuhan
yang telah memberikannya kehidupan. Akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi
banyak manusia khususnya umat Islam yang lupa bahwa sesungguhnya ia diciptakan
bukanlah sekedar ada, namun ada tujuan mulia yaitu untuk beribadah kepada Allah
SWT.
Di zaman sekarang ini, tak sedikit
dari umat Islam yang lemah iman, karena telah salah kaprah dalam menyikapi isu
globalisasi. Mereka seakan-akan kedatangan tamu istimewa, tamu pujaan hati yang
telah lama diagung-agungkan. Sehingga dalam bayangan mereka, globalisasi adalah
segala-galanya dan merupakan puncak dari modernisasi. Padahal ia sesungguhnya
adalah tipu daya dari bangsa Barat belaka yang sengaja menjerat dan akan
menjerumuskan umat Islam. Sesungguhnya globalisasi tidak jauh beda dengan
imprialisme. Penyebaran globalisasi hampir selalu sejalan dengan penyebaran
Neoliberalisme.
Globalisasi dengan konotasi itu
merupakan penghambaan dan penjajahan terhadap bangsa-bangsa di dunia agar
tunduk pada prinsip-prinsip barat yang rusak dan menyesatkan. Globakisasi
merupakan program yang bertujuan untuk mendayagunakan teknologi sebagai alat
untuk mengokohkan kedudukan kepentingan Negara adidaya, memperbudak
bangsa-bangsa lemah, menyedot sumber daya alamnya, meneror rakyatnya,
manghambat perjalanannya, memadamkan kekuatannya, menghapus identitasnya dan
mengubur keasliannya, reformasinya serta pembangunan peradabannya. Dengan kata
lain globalisasi merupakan gurita yang menelikung dan mencekik leher dunia
Islam.
Sasaran yang dikumandangkan
globalisasi adalah menghilangkan jarak dan batas, serta perbedaan antara umat
manusia yang berbeda-berbeda agar didomonasi kapitalisme yang tanpa batas,
dikuasai informasi tanpa pengawasan. Dengan globalisasi semua keyakinan,
pendapat dan pemikiran berbaur dan melebur sehingga yang tersisa hanyalah
pemikiran materialisme Barat yang turanik. Lebih tegas lagi bahwa globalisasi
menginginkan agar setiap elmen dunia khususnya umat Islam melepaskan
keperibadiannya, keyakinannya, prinsip-prinsipnya untuk kemudian mengikuti
pemikiran Barat dalam semua pola kehidupan.
Melihat strategi yang dicanangkan
Barat dalam isu globalisasi di atas sungguh amat busuk. Mereka mempunya agenda
terselubung dalam mengikis habis ajaran Islam yang dianut bangsa timur.
Penyebaran itu mereka lakukan melalui penyebaran informasi dengan sistem
teknologi moderennya yang dapat mengirim informasi keseluruh penjuru dunia.
Melalui jalur ini mereka menguasai public opini yang tidak jarang berisi
serangan, hinaan, pelecehan dan hujatan terhadap Islam dan mengesankan agama Islam
sebagai teroris. Perang yang mereka lancarkan bukan hanya perang senjata namun
juga perang agama. Mereka berusaha meracuni dan menodai kesucian Islam lewat
idiologi sekuler, politik, ekonomi, sosbud, teknologi, komunikasi, keamanan dan
sebagainya. Dengan berbagai cara mereka berusaha menjauhkan umat Islam dari
agamanya. Secara perlahan-lahan tapi pasti mereka menggerogoti Islam dari dalam
dan tujuan akhirnya adalah melenyapkan Islam dari muka bumi.
Globalisasi bagi umat Islam tidak
perlu diributkan, diterima ataupun ditolak, namun yang paling penting Dari
semua adalah seberapa besar peran Islam dalam menata umat manusia menuju
tatanan duniabaru yang lebih majudan beradab. Bagi kita semua, ada atau
tidaknya istilah globalisasi tidak menjadi masalah, yang penting ajaran Islam
sudah benar-benar diterima secara global, secara mendunia oleh segenap umat
manusia, diterapkan dalam kehidupan masing-masing pribadi, dalam berkeluarga,
bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai umat Islam hendaknya nilai
moderen jangan kita ukur dari moderennya pakaiannya, perhiasan dan penampilan,
namun moderen bagi umat Islam adalah moderen dari segi pemikiran, tingkah laku,
pergaulan, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, social budaya, politik dan
keamanan yang dijiwai akhlakul karimah, dan disertai terwujudnya masyarakat
yang adil, makmur, sejahtera dalam naungan ridha Allah SWT.
Untuk itu kita sebagai generasi
Islam tidak boleh lengah dalam menghadapi maslah modernisasi dan globalisasi
ini. Mari kita membentengi diri dan keluarga kita dengan keimanan dan ketaqwaan
serta akhlakul karimah yang disertai dengan sumber daya yang kuat, terampil dan
didukung oleh semangat persatuan kebersamaan. Insya Allah kita akan diberikan
kekuatan dan kemenangan oleh Allah SWT dalam membela dan mempertahankan
kejayaan agamanya yang suci ini.
Dampak
Globalisasi dalam bidang Sosial Budaya
Globalisasi mengubah bentuk kehidupan keseharian
kita secara mendasar.
1) Meningkatnya Induvidualisme
Dulu, kesempatan individu untuk menentukan dirinya sendiri dibatasi
masyarakatnya, entah leh tradisi maupun oleh kebiasaan-kebiasaan yan berlaku.
Di era globalisasi ini, kesempatan individu untuk mengatur dan menentukan yang
terbaik bagi dirinya sendiri sangat terbuka lebar.
2) Pola Kerja
Pekerjaan-pekerjaan mengarah ke era perekonomian berbasis pengetahuan.
Orang-orang sudah tidak mengandal kerja penuh di kantor, tetapi part time job.
Perempuan telah masuk dunia kerja.
3) Kebudayaan Pop
Citra, gagasan, dan gaya hidup baru menyebar dengan begitu cepat keseluruh
pelosok dunia lebih daripada sebelumnya. Semakin bertambah globalnya berbagai
nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia. Merebaknya gaya berpakaian
barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan musik dalam
bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD.
Dampak positif Globalisasi :
1. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
2. Mudah melakukan komunikasi
3. Cepat dalam bepergian ( mobili-tas tinggi )
4. Menumbuhkan sikap kosmopo-litan dan toleran
5. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
6. Mudah memenuhi kebutuhan.
Dampak negatif Globalisasi:
1. Informasi yang tidak tersaring
2. Perilaku konsumtif
3. Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
4. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
5. Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat
Pengaruh globalisasi sosial dan budaya.
Globalisasi dapat memperluas kawasan budaya. Globalisasi dapat timbulkan dampak
negative. Akibat dari pengaruh globalisasi:
* Disorientasi, dislokasi atau krisis social-budaya dalam masyarakat.
* Berbagai ekspresi social budaya asing yang sebenarnya tidak memiliki basis
dan preseden kulturalnya.
* Semakin merebaknya gaya hidup konsumerisme dan hedonisme.
Sisi negative globalisasi budaya:
· Akibatkan erosi budaya
· Lenyapnya identitas cultural nasional dan local
· Kehilangan arah sbg bangsa yang memiliki jati diri.
· Hilangnya semangat nasionalisme dan patriotisme
· Cenderung pragmatisme dan maunya serba instant.